Total Tayangan Halaman

Kamis, 17 November 2011

Entrepreneur

Pengertian dan Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, 2000)
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan sebagai “ the backbone of economy”, yang adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997).
Menurut Thomas Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
George Gilder dalam The Spirit of Enterprise, mengatakan “Para wirausahawan adalah innovator yang membangkitkan permintaan.” Mereka adalah pembuat pasar, pencipta modal, pengembang peluang dan penghasil teknologi baru. Istilah kewirausahaan banyak dijumpai dalam uraian yang merupakan kata dasar wirausaha yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kata wirausaha.
Menurut Marzuki Usman, pengertian wirausahawan dalam konteks manajemen adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya, seperti financial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.
Menurut Sri Edi Swasono, dalam konteks bisnis, wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Wirausahawan adalah pionir dalam bisnis, innovator, penanggung resiko, yang memiliki visi ke dalam dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasr, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Namun perlu diingat kewirausahaan itu bukan untuk sekedar menghasilkan uang, tetapi menghasilkan sesuatu yang diperlukan masyarakat yaitu inovatif, semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Karakteristik Seorang Wirausaha

Ciri-ciri seorang wirausaha
1.      Pandai mengelola ketakutannya
Seorang wirausaha pandai mengelola ketakutannya untuk membangkitkan keberanian dan kepercayaan dirinya dalam menghadapi resiko (risk manager bukan risk taker)
2.      Mempunyai “iris mata” yang berbeda dengan yang lain
Dalam hal ini iris mata adalah cara pandang terhadap sesuatu (masalah, kesulitan, perubahan, diri sendiri, lingkungan, trend dan kejadian) untuk memunculkan kreatifitasnya agar tercipta ide-ide baru, konsep, gagasan yang berbeda dengan orang lain.
3.      Pemasar sejati atau penjual ulung
Kemampuan yang harus dimiliki ini mempermudah seorang wirausaha untuk menyebarluaskan informasi kepada jaringannya tentang kreatifitas yang anda miliki.
4.      Melawan arus dan menyukai tantangan
Seorang wirausaha cenderung tidak suka mengikuti arus tengah, orang atau terperangkap di dalam kehidupan yang monoton. Ia tidak bias diam, berpikir dan terus berpikir kreatif.
5.      High determination (mempunyai keteguhan hati yang tinggi)
Keteguhan hati yang tinggi membuat seorang wirausaha sejati siap menerima segala bentuk kegagalan, dalam artian mencoba melihat kembali kejadian yang ada dan mencari jalan penyelesaiannya.
6.      Tidak menerima apa yang didepannya dan selalu mencari yang terbaik (perfectionist)
Seorang wirausaha tidak hanya puas terhadap apa yang telah ia kerjakan tapi harus mampu memberikan yang lebih baik dari apa yang sudah ada.


Sudut pandang (mitos-mitos) yang salah tentang kewirausahaan
1.      Wirausaha yang sukses karena guratan nasib (jalan hidup)
Banyak orang tidak berani menjadi seorang wirausaha dikarenakan dirinya percaya pada perkataan orang lain. Dalam hal ini sukses dan tidaknya seorang wirausaha tergantung pada dirinya sendiri.
2.      Wirausaha itu bersifat keturunan
Sebagian orang berpikir bahwa menjadi seorang wirausaha adalah karena factor keturunan, pendapat ini diperkuat orang-orang disekitar mereka.
3.      Menjadi wirausaha setelah ada peluang yang bagus
Sering juga mitos ini menghantui kebanyakan orang sehingga tidak berani untuk mengambil satu keputusan memulai suatu usaha.
4.      Wirausaha yang sukses karena punya modal besar
Modal dalam hal ini tidak selalu identek dengan uang.
5.      Menjadi wirausaha karena bakat dan tidak bisa dipelajari
Hal ini tidak benar, selama kita mempunyai tekad dan keberanian serta keinginan untuk belajar menjaddi wirausaha.

Minggu, 06 November 2011

Kewirausahaan Dan Usaha Kecil

Kewirausahaan Dan Usaha Kecil


            Usaha Kecil adalah suatu bentuk usaha yang tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya serta tidak menguasai/mendominasi pasar dimana ia berada.
Peran Usaha Kecil
            Ada beberapa alasan mengapa usaha kecil mempunyai pengaruh yang besar terhadap perekonomian. 
1. Penciptaan lapangan pekerjaan
Lebih dari 20 tahun ini menunjukkan bahwa lapangan kerja baru dating dari jenis usaha kecil. 
2. Inovatif.
3. Sangat penting bagi perusahaan besar karena hampir seluruh produk yang dibuat oleh perusahaan manufaktur besar dikerjakan melalui usaha kecil.


Bentuk-bentuk Usaha Kecil
1. Bisnis Jasa
Bisnis jasa dewasa ini merupakan yang terbesar dan cepat pertumbuhannya dalam dunia usaha kecil. Jasa juga membawa keuntungan yang sangat besar bagi wirausaha kecil yang mampu berinovasi tinggi.
2. Bisnis eceran (Retail Business)
Adalah satu-satunya usaha yang menjual produk manufaktur yang langsung kepada konsumen.
3. Bisnis distribusi (wholesale business)
Adalah satu-satunya bisnis yang membeli barang dari pabrik atau produsen dan menjual kepada pedagang eceran.
4. Agribisnis/Pertanian (Agriculture)
Pertanian barangkali adalah bentuk bisnis kecil yang tertua. Pada awalnya hasil pertanian itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga namun lama kelamaan menjadi sebuah bisnis yang cukup besar karena adanya ketergantungan masyarakat satu sama lain.
5. Bisnis Manufaktur
Merupakan suatu bisnis kecil yang memerlukan modal untuk investasi yang cukup besar, karena memerlukan tenaga kerja, teknologi dan bahan mentah untuk mengoperasikannya.


Hal-hal yang mempengaruhi kegagalan suatu usaha kecil
1. Banyak perusahaan kecil yang dikelola oleh manajer yang kurang mampu dan kurang berpengalaman dalam menjalankan tugasnya.
2. Kurangnya dukungan dari pihak yang berhubungan
3. Masih lemahnya sistem kontrol dimana sistem pengontrolan yang lemah cenderung akan menyebabkan kerugian dan penggunaan sumber-sumber daya yang berlebihan.
4. Kurangnya modal untuk menjalankan usahanya.


Ada beberapa sifat dasar dan kemampuan yang biasanya ada pada diri seorang wirausaha, diantaranya :
1. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (The Change Creator).
2. Wirausaha selalu melihat perbedaan baik antarorang maupun antar fenomena kehidupan, sebagai peluang disbanding sebagai kesulitan.
3. Wirausaha cenderung mudah jenuh terhadap segala kemampuan hidup untuk kemudian bereksperimen dengan pembaharuan-pembaharuan.
4. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.
5. Wirausaha adalah seorang “pakar” tentang dirinya sendiri.
6. Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain.


Hal-hal yang mendukung keberhasilan suatu usaha kecil
1. Wirausaha yang ulet dan pekerja keras, mereka punya tujuan dan dedikasi yang tinggi.
2. Dukungan faktor eksternal berupa peningkatan permintaan barang dan jasa.

Kamis, 03 November 2011

Motivasi

 MOTIVASI

            Tidak memiliki motivasi merupakan kalimat yang sering kita dengar disampaikan sebagai respons terhadap rendahnya kinerja seseorang dalam bekerja atau belajar. Kadang-kadang kata motivasi ini juga diungkapkan untuk mengetahui latar belakang suatu kejadian, misalnya apa yang menjadi motivasinya untuk membeli rumah di Bandung? Tidak semua orang menyadari apa yang mendorong mereka membeli suatu produk atau bahkan mengurungkan niat untuk mengonsumsi suatu produk. Seringkali yang terjadi adalah apa yang mereka lakukan sebagai dampak dari nilai-nilai, prioritas dan keyakinan mereka akan sesuatu. Bagian ini akan memaparkan mengapa seorang konsumen melakukan apa yang mereka lakukan., misalnya mengapa mereka mengonsumsi merek tertentu, mengapa mereka mengonsumsi suatu produk yang dapat membahayakan kesehatan, mengapa mereka menolak mengonsumsi produk-produk hewani.

A. HAKIKAT MOTIVASI

            Schiffman dan kanuk mendefinisikan motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga dorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi muncul karena adaya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

            Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan (tension) Kepada konsumen sehingga ada dorongan pada dirinya (drive State) untuk melakukan tindakan yang bertujuan (goal-directed Behavior). Tindakan tersebut bisa berbagai macam, yaitu berikut ini.
1. Konsumen akan mencari informasi mengenai produk merek atau toko.
2. Konsumen mungkin akan membicarakan dengan teman, saudara atau mendatangi toko.
      3. Konsumen mungkin membeli produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tindakan tersebut akan menyebabkan tercapainya tujuan konsumen atau terpenuhinya kebutuhan konsumen (goal or need fulfillment).

B. PERANAN MOTIVASI

            Motivasi berperan dalam membangkitkan dan mengarahkan perilaku konsumen. Dalam perannya sebagai pembangkit, motivasi dapat mengatifkan energi diri sendiri sehingga dapat digunakan untuk aktivitas mental dan fisik, sedangkan dalam perannya sebagai pengarahan motivasi memiliki beberapa fungsi penting dalam menuntun perilaku, yaitu berikut ini.

1. Mendefinisikan Kebutuhan Dasar
       Motivasi berperan dalam mempengaruhi konsumen untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan kebutuhan dasar mereka. Termasuk kebutuhan dasar yang bersifat umum, seperti keamanan, persahabatan, prestasi atau keinginan lain yang ingin diraih konsumen.

2. Mengidentifikasi Tujuan
 Untuk memenuhi kebutuhannya, seorang konsumen harus memiliki tujuan akan tindakannya. Motivasi berperan untuk mendorong konsumen mengidentifikasi produk sebagai targetnya. Dengan kata lain, menjadikan produk tertentu sebagai pemenuhan kebutuhannya. Tujuan ada karena timbulnya suatu kebutuhan. Tujuan ini terdiri dari dua tahap yaitu tujuan generik (generic goals), dan tujuan produk khusus (spesific product goals).
   Tujuan generik merupakan kategori umum dari tujuan yang dipandang sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan produk khusus adalah produk dengan merek spesifik yang dipilih oleh konsumen sebagai tujuannya. Contohnya, seorang konsumen mengatakan bahwa ia ingin memiliki rumah maka ia telah mengungkapkan tujuan generiknya(umum). Tujuan produk khususnya adalah ketika konsumen menyatakan ingin memiliki rumah di pesona kayangan di daerah Depok Jawa Barat. Para Pemasar harus memahami tujuan generik dari konsumen.

3. Mempengaruhi Kriteria Pilihan
 Motivasi juga menuntun konsumen dalam mengembangkan kriteria untuk mengevaluasi produk. Misalnya, konsumen yang ingin membeli mobil mungkin lebih dipengaruhi oleh motif kenyamanan, tampilan seperti pengontrol kecepatan elektronik, kursi pengemudi yang nyaman dibandingkan kriteria pilihan lain, seperti gaya atau kapasitas mesin.

4. Mengarahkan Faktor Pengaruh Yang Lain
   Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak.

C. KLASIFIKASI MOTIVASI
            Motivasi memiliki berbagai konsep dan klasifikasi. Namun, Loudon dan Della Bitta (1999) mengklasifikasikan motivasi sebagai berikut :

1. Pola Sederhana (Simplifield Scheme)
       Jumlah metode klasifikasi disederhanakan, motivasi dikelompokkan berdasarkan satu karakteristik dasar yang unik dari minat atau kepentingan, sebagai berikut :

a.      Fisiologis dengan psikogenik (Physiological versus psychogenic)
               Klasifikasi ini didasarkan pada kebutuhan yang mendasar. Motif fisiologis berorientasi secara langsung pada pemenuhan kebutuhan biologis individu, seperti lapar, haus, dan menghindari rasa sakit. Sebaliknya motivasi psikogenik berfokus pada kepuasan atas keinginan psikologis, seperti keinginan untuk meraih prestasi, persahabatan atau status. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikogenik dapat dilakukan secara bersama-sama. Contohnya minum teh bersama keluarga disaat piknik. Selain menghilangkan rasa haus juga memenuhi kebutuhan persahabatan. Kebutuhan psikogenik lebih sulit didefinisikan dibandingkan dengan fisiologis. Namun Ciri-ciri utama kebutuhan psikogenik adalah mereka dapat dipelajari melalui pengalaman hidup. Di masyarakat menengah ke atas, faktor psikologis lebih berpengaruh dibandingkan faktor fisiologis. Hal ini akan mempengaruhi pamasar dalam mendesain produk dan berpromosi.

b.      Kesadaran dengan ketidaksadaran (Conscious versus unconscious)
Motif kasadaran adalah tingkat dimana konsumen menyadari adanya motivasi tersebut, sedangkan motif ketidaksadaran adalah tingkat dimana konsumen tidak menyadari adanya motivasi tersebut dan tidak sadarsedang dipengaruhi oleh motivasi tersebut. Biasanya, konsumen tidak menyadari motivasi mereka karena konsumen tidak ingin menghadapi alasan sebenarnya pembelian mereka. Misalnya, alasan pembelian perhiasan seringkali diidentikkan dengan kecantikkan dibandingkan dengan alasan status yang sebenarnya ingin mereka tonjolkan.
  
c.       Positif dengan negative (Positif versus negative)
Motivasi dapat menggunakan pengaruh positif atau negative terhadap konsumen. Pengaruh positif dapat menarik konsumen mengarah pada tujuan yang diinginkan, sedangkan pengaruh negatif mengarahkan konsumen menjauh dari akibat yang tidak diinginkan, contoh pengaruh negative adalah menggunakan pasta gigi dengan motivasi menghindari kerusakan gigi.
   
2. Pola Komprehensif (A Comprehensive Scheme)
    Kelemahan dari klasifikasi sederhana adalah keterbatasan karakteristik yang digunakan     Pola komprehensif yang dicetuskan McGuire menyediakan pandangan yang lebih kuat     bagaimana mengerti konsumen.

D. STRUKTUR MOTIVASI
            Motivasi bereaksi pada konsumen dalam pola yang menyatu. Hal ini menimbulkan pola prioritas atau pola mekanisme struktur. Struktur dari motivasi juga membahas hal-hal utama dari berbagai macam pengaruh motivasi yang terjadi secara konsisten dalam jangka waktu tertentu.

1. Hierarki Motivasi
a. Hierarki Maslow
    Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan teori kebutuhan berjenjang yang dikenal sebagai teori maslow atau teori kebutuhan manusia ( maslow’s hierarchy of needs). Maslow mengungkapkan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya mulai dari yang paling rendah, yaitu kebutuhan biologis (Physiological or biogenic needs) sampai yang paling tinggi yaitu kebutuhan psikogenik (Psychogenic needs). Menurut teori maslow, manusia akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Konsumen yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya maka kebutuhan lainnya yang lebih tinggi biasanya muncul dan begitulah seterusnya.
Hierarki Maslow adalah sebagai berikut:

      1.   Kebutuhan Fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi makanan, air, udara, rumah, pakaian, dan seks.

  2.    Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs).
      Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan tingkat dasar (fisiologis). Kebutuhan ini mencerminkan adanya kebutuhan perlindungan  bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan rasa aman dari gangguan seperti gangguan kriminalitas, bencana alam dan lain-lain sehingga sehingga manusia dapat merasa aman dan nyaman ketika berada dirumah ataupun ketika bepergian. Kemanan secara psikis dapat diperoleh dengan adaya keamanan secara fisik.

  3.    Kebutuhan Sosial (Social Needs atau Belonginess Needs).
      Jika kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia membutuhkan rasa kasaih saying dari orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, serta diterima oleh orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan ketiga dari hierarki Maslow yang disebut sebagai kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini muncul karena manusia perlu saling berhubungan.

   4.   Kebutuhan Ego (Egoistic or esteem needs).
      Kebutuhan ego atau esteem adalah kebutuhan tingkat keempat dari hierarki Maslow, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia tidak hanya puas dengan telah dipenuhinya kebutuhan dasar, rasa aman, dan sosial. Manusia memiliki ego yang kuat untuk bisa mencapai prestasi kerja dan karier yang lebih baik dari orang lain.

   5.   Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Needs For Self-Actualization).
      Kebutuhan yang menempati tingkat tertinggi dalam hierarki adalah kebutuhan aktualisasi diri, yakni keinginan dari individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang individu butuh mengekspresikan dirinya ke dalam suatu aktivitas untuk membuktikan dirinya bahwa ia bisa melakukan hal tersebut.

     
b. Teori Motivasi McClelland
            David McClelland mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut sebagai McClelland’s Theory of Learned Needs. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi individu untuk berperilaku, yaitu  berikut ini.
1.      Kebutuhan untuk sukses needs for achievement). Kebutuhan sukses adalah keiginan manusia untuk mencapai prestasi, reputasi dan karier yang baik. Seseorang yang memiliki kebutuhan sukses, akan bekerja keras, tekun dan tabah untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya.
2.Kebutuhan untuk afiliasi (Needs of affiliation)
Kebutuhan afiliasi adalah keinginan untuk membina hubungan dengan sesamanya, mencari teman yang bisa menerimanya atau ingin dimiliki oleh orang-orang di lingkungannya. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi akan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial ataupun aktivitas yang melibatkan banyak orang. Ia akan memilih produk dan jasa yang disenangi atau dipilih oleh teman dan kerabat dekatnya.
3.Kebutuhan untuk kekuasaan
Kebutuhan untuk kekuasaan adalah keinginan individu untuk bisa mengontrol lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Tujuan dari orang yang membutuhkan kekuasaan adalah agar ia dapat mempengaruhi, mengarahkan dan mengatur orang lain.

2. Kombinasi Motivasi
            Motivasi tidak bekerja sendiri-sendiri atau terpisah dalam mempengaruhi konsumen. Sebenarnya motivasi-motivasi tersebut saling berinteraksi mengarah pada kombinasi berbagai pengaruh atau situasi di mana motivasi-motivasi tersebut mengalami konflik dan mendesak pengaruh yang berlawanan dari perilaku.

a. Keterkaitan Motivasi (Motive Linking)
    Oleh karena motivasi dapat berbeda dalam jenisnya, sangat mungkin terjadi keterkaitan terjadi dalam variasi secara general. Seperti motivasi keselamatan (safety) dapat terjadi karena keterkaitan antar motivasi perlindungan dan keamanan.

b. Bundel atau kombinasi motivasi (Motive bundling)
    Penting untuk disadari bahwa produk tertentu dapat memuaskan berbagai macam motivasi pada tingkat pengaruh yang kurang lebih sama. Dihasilkan dari bundel atau kombinasi berbagai macam pengaruh motivasi pada keputusan konsumen. Sebagai ilustrasi untuk pembelian mobil, kebutuhan untuk transportasi dapat berkombinasi dengan motivasi untuk prestasi, status sosial, keselamatan dan ekonomis.

c. Konflik motivasi (motive conflict)
   Motivasi dapat juga mengalami konflik dengan motivasi yang lain dan berakibat pada bagaimana konsumen berinteraksi dengan lingkungan pasar. Kontributor terbesar dalam pembahasan konflik adalah Kurt Lewin dalam bukunya A Dynamaic Theory of Personality. Ia melihat motivasi sebagai pengaruh yang menarik atau pengaruh yang menolak dari berbagai hal yang menjadi pertimbangan individu, yaitu tingkat di mana barang jasa memuaskan individu karena tujuan ingin memperoleh manfaat (misalnya kepuasan) atau karena tujuan ingin menghindari hal negatif (seperti kerusakan, bencana, dan kerugian).
   Dalam pandangan Lewin, konflik cenderung terjadi ketika motivasi mempunyai kekuatan yang kira-kira hampir sama. Tiga peristiwa utama dalam konflik motivasi akan dijelaskan sebagai berikut :



1. Approach-approach conflict
    Adalah situasi di mana konflik berada dalam dua alternatif yang diinginkan, seperti bagaimana konsumen harus memutuskan bagaimana mengalokasikan pembelian antara peralatan fitnes dengan komputer. Situasi seperti ini dapat mengarah pada situasi tanpa keputusan apa pun untuk sementara waktu, namun akhirnya konsumen akan memilih salah satu yang diinginkan sehingga bisa dikatakan konflik jenis ini tidak bertahan lama. Oleh karena solusi terjadi ketika konsumen akhirnya memilih salah satu alternatif tersebut. Berbagai macam promosi dan imbauan penjual akan memainkan peran penting dalam konflik ini.

2. Avoidance-avoidance conflict
    Situasi ini terjadi ketika konsumen berhadapan dengan pilihan antara 2 alternatif, dimana keduanya dipandang sebagai peristiwa yang bersifat negatif.
   Contohnya ketika sebuah keluarga dihadapkan pada pilihan memperbaiki televisi yang rusak atau membeli yang baru di mana dua-duanya akan menghabiskan biaya. Situasi ini cenderung stabil karena konsumen berusaha memfasilitasi kedua alternatif yang tidak diinginkan tersebut. Situasi seperti ini akan mengarahkan konsumen untuk mencari informasi yang perlu dipertimbangkan, seperti melihat-lihat alternatif lain ketika belanja, tetapi sering berhenti pada komitmen pembelian yang singkat.

3. Approach-avoidance confloct
    Situasi dimana konsumen berada dalam konflik antara alternatif  positif dan alternatif negatif yang berada pada ketegori yang sama. Situasi ini umumnya terjadi pada produk yang membawa akibat positif dan akibat negatif ketika dibeli.
   Contohnya konsumen yang ingin membeli mobil keren, tetapi harganya mahal sehingga uang yang dikeluarkan sangat banyak (pilihan yang ingin dihindari oleh konsumen). Situasi ini cenderung stabil karena keduanya mampu menarik dan menolak seiring dengan perkembangan pendekatan tujuan. Namun, pengalaman konsumen akan meningkatkan pengaruh negatif. Pada awalnya konsumen akan tertarik pada alternatif positif, akan tetapi pengalaman konsumen akan meningkatkan kewaspadaan sehingga alternatif akan semakin dipertimbangkan. Solusi berakhir pada pertimbangan konsumen mana yang lebih penting, pilihan positif atau pilihan negatif. Situasi ini juga terjadi ketika konsumen dihadapkan 2 pilihan merek atau produk yang memiliki kelebihan kekurangan yang saling melengkapi.

d. Self concept
 Meskipun struktur motivasi konsumen menunjukkan beberapa fleksibilitas sepanjang waktu, ada hal yang patut diingat dalam tema pengaturan struktur tersebut. Satu faktor yang mempengaruhi pengaturan ini adalah konsep diri tiap individu, yaitu di mana konsumen memiliki kesan tersendiri atas diri mereka. Contohnya, konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan konsep diri mereka sehingga motivasi pembelian produk disesuaikan dengan konsep diri.

E. MOTIVASI DAN STRATEGI PEMASARAN

            Teori-teori motivasi dapat dimanfaatkan dalam strategi pemasaran sebagai berikut

1. Segmentasi
    Para pemasar menggunakan teori hierarki kebutuhan Maslow sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Produk dan jasa yang dipasarkan dapat ditujukan untuk target pasar berdasarkan tingkat kebutuhan konsumen. Ini bisa dilakukan dengan membuat iklan yang berisi pesan mengenai kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi oleh produk atau jasa yang akan dipasarkan. Mobil sedan mewah, seperti Jaguar, BMW, Mercedes, dan Lexus diperuntukkan bagi konsumen yang memiliki kebutuhan akan ego dan aktualisasi diri, bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar akan transportasi.


2. Positioning
    Hierarki kebutuhan dari Maslow juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan positioning  produk atau jasa. Positioning adalah citra produk atau jasa ingin dilihat konsumen. Kunci dari positioning adalah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa. Produsen mungkin menginginkan produknya atau mereknya sebagai produk yang unik di benak konsumen, yang berbeda dari produk pesaingnya. Sebuah iklan sedan VOLVO mem-positioning-kan produknya sebagai sedan yang eksklusif, yaitu kendaraan bagi konsumen yang sukses, berkuasa, dan orang penting dengan ungkapannya ” Siapa pun yang duduk di dalamnya, pasti orang penting”.

3. Pengukuran Motivasi Dalam Riset Konsumen dan Riset Pemasaran
    Bagaimana cara mengidentifikasi motif? Bagaimana cara mengukur motif? Bagaimana cara peneliti mengetahui motif mana yang mempengaruhi perilaku tertentu? Pertanyaan ini sulit dijawab karena motivasi merupakan konsepsi hipotesis, yaitu tidak dapat dilihat, disentuh, dipegang, dibaui atau tidak dapat diamati secara kasat mata. Oleh karena alasan ini, tidak ada metode pengukuran tunggal yang dapat dianggap sebagai petunjuk yang dapat diandalkan. Sebagai gantinya, para peneliti biasanya mengandalkan gabungan berbagai teknik riset kualitatif untuk mencoba menetapkan adanya dan/atau kekuatan berbagai motif.

4. Riset Motivasi
 Istilah riset motivasi, yang secara logis harus mencakup semua jenis riset terhadap berbagai motif manusia, telah menjadi ” istilah seni ” yang digunakan untuk menyebut riset kualitatif yang dirancang untuk menemukan berbagai motivasi konsumen yang ada di bawah sadar atau tersembunyi. Dilandaskan pada dasar pemikiran bahwa konsumen tidak selalu menyadari sebab-sebab tindakan mereka, riset motivasi berusaha menemukan berbagai perasaan, sikap dan emosi yang mendasari pemakaian produk, jasa atau merek.
   Teori psikoanalisis Sigmund Freud mengenai kepribadian menjadi dasar bagi perkembangan riset motivasi. Teori ini dibangun atas pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak didasari terutama dorongan biologis dan seksual, berada di pusat motivasi dan kepribadian manusia. Freud membangun teorinya dari ingatan para pasiennya mengenai pengalaman masa kanak-kanak mereka, analisis dari mimpi-mimpi mereka, dan sifat berbagai masalah penyusuain mental dan fisik mereka.
   Dr. Ernest Ditcher, mantan psikoanalisis di Wina, menggunakan teknik psikoanalisis Freud pada sebuah studi kebiasaan membeli konsumen. Sampai saat ini, riset pasar memfokuskan pada apa yang dilakukan konsumen (yaitu, studi kuantitatif dan deskriptif). Ditcher menggunakan metode riset kualitatif untuk mengetahui mengapa mereka melakukannya.
   Tetapi pada awal tahun 1960-an, para pemasar menyadari bahwa riset motivasi mempunyai beberapa kekurangan . Oleh karena sifat riset kualitatif adalah intensif, sampel yang diperlukan sedikit saja. Dengan demikian, timbul keraguan dalam menggeneralisasikan temuan-temuannya ke pasar keseluruhan. Juga pemasar segara menyadari bahwa riset proyektif dan wawancara yang mendalam bersifat sangat subjektif. Data sama yang diberikan kepada tiga analisis yang berbeda dapat menghasilkan tiga laporan yang berbeda, masing-masing mengajukan penjelasannya sendiri mengenai perilaku konsumen yang diselidiki.
  
5. Evaluasi Terhadap Riset Motivasi
    Walau pun ada berbagai kritik tersebut, riset motivasi masih dianggap seabagai alat yang penting oleh para pemasar yang ingin memperoleh pandangan yang lebih dalam sebab-musabab perilaku konsumen daripada yang dapat dihasilkan oleh teknik riset pasar yang konvensional. Oleh karena riset motivasi sering mengungkapkan motivasi konsumen yang tidak terduga mengenai pemakaian produk atau merek, pemakaian riset motivasi sekarang ini lebih dikembangkan sebagai gagasan baru untuk kampanye promosi, gagasan yang dapat menembus kesaradan konsumen dengan membangkitkan kembali berbagai kebutuhan yang belum dikenali.
    Riset motivasi juga memberi orientasi dasar kepada para pemasar mengenai berbagai     
Kategori produk baru, dan memungkinkan mereka  menyelidiki reaksi konsumen terhadap gagasan dan naskah iklan pada tahap awal untuk menghindari kesalahan yang mahal harganya.
    Walau pun terdapat kekurangan pada riset motivasi, ada petunjuk baru yang membangkitkan minat bahwa hal yang tidak disadari itu menempati bagian yang jauh lebih luas dalam kehidupan kejiwaan daripada yang dimimpikan Freud sekalipun. Berbagai studi riset menunjukkan bahwa pikiran bawah sadar dapat memahami dan menanggapi berbagai simbol nonverbal, membentuk reaksi emosional, dan menuntun tindakan sebagain besar lepas dari kesadaran. Semua teknik riset kualitatif ini memberikan pandangan yang sangat berharga kepada para pemasar yang ingin mengetahui berbagai motif tersembunyi yang mendasari perilaku konsumen.
    Misalnya, riset dengan cara melakukan survei terhadap konsumen. Motivasi konsumen diukur dengan instrumen kuesioner, di mana sejumlah pertanyaan diajukan kepada konsumen dan konsumen melaporkan motivasi da kebutuhan sebagaimana ditanyakan kepadanya. Metode ini dikenal sebagai pelaporan diri atau self-report.

Perilaku Konsumen Sebagai Sebuah Studi

PERILAKU KONSUMEN SEBAGAI SEBUAH STUDI
MPK II

            Konsumen memiliki keragaman yang harus dikenali untuk dapat dipahami dan digunanakan untuk keberhasilan pemasaran suatu produk atau jasa. Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam apabila kita dapat memahami berbagai aspek yang mempengaruhinya secara keseluruhan, termasuk aspek psikologis, sosial dan budaya. Kemampuan dalam melakukan analisis perilaku konsumen akan menggiring kita pada keberhasilan untuk memahami dan menyelami jiwa konsumen dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan serta memuaskannya.

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI PERILAKU KONSUMEN
            Studi tentang perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2004), berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa konsumen tidak selalu melakukan tindakan atau memberikan reaksi sesuai dengan yang disarankan dalam teori-teori pemasaran yang ada.
            Fenomena yang ditemui dalam masyarakat adalah berikut ini :
1. Dalam pasar konsumen (Konsumen Individu),
            Disatu sisi, konsumen cenderung memiliki budaya ’pengikut ’ (me too) terhadap adanya tren atau fesyen (contohnya model pakaian atau busana yang dikenakan biasanya mengikuti tren yang sedang marak digandrungi masyarakat pada umumnya). Disisi lain, konsumen juga menghendaki adaya produk yang terdiferensiasi, yang mencerminkan kebutuhan, kepribadian, dan gaya hidup yang khas.
2. Dalam Pasar Industri (Konsumen Organisasi).
            Dengan Karakteristik kebutuhan terhadap barang dan jasa yang lebih homogen daripada pasar konsumen, konsumen organisasi juga memiliki preferensi yang berbeda-beda dan juga memiliki perilaku pembelian yang tidak mudah diprediksi.
Schiffman dan Kanuk (2004) menyebutkan perilaku konsumen ini merebak seiring dengan munculnya konsep pemasaran (marketing concept) dalam dunia pemasaran. Konsep ini memiliki asumsi bahwa perusahaan harus mampu mengetahui dan memuaskan keinginan dan kebutuhan (needs dan wants) dari pasar sasaran (target markets) dan mampu menawarkan dengan lebih baik dari para pesaing. Sehingga konsep ini memiliki fokus pada sisi konsumen, berbeda dengan filosofi dasar pemasaran lainnya, seperti konsep penjualan (selling concept) atau konsep lainnya.
            Untuk menghindari adanya konsumen yang tidak puas atau kecewa, pemasar membutuhkan perangkat yang dapat digunakan untuk mengetahui secara akurat informasi tentang keinginan dan kebutuhan konsumen. Perangkat tersebut adalah riset atau penelitian pemasaran (marketing research). Sehingga riset pemasaran menjadi landasan penerapan prinsip perilaku konsumen dalam strategi pemasaran.
            Menurut versi Engel, Blackwell, dan miniard (1990), akar utama dari perilaku konsumen adalah ilmu ekonomi. Teori perilaku konsumen merupakan salah satu landasan teori mikro ekonomi yang sangat esensial. Sebelum memahami teori permintaan dan teori perusahaan, mahasiswa diperkenalkan terlebih dahulu dengan teori perilaku konsumen. Di mana dalam teori perilaku konsumen dijelaskan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan dan utilitasnya. Faktor pendapatan dan harga barang-barang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi usaha memaksimumkan kepuasannya tersebut, sedangkan faktor lain dianggap tetap atau diabaikan (ceteris paribus)
            Pengujian empiris terhadap teori perilaku konsumen dengan survei dan eksperimen dilakukan setelah berkembangnya disiplin ilmu pemasaran pada program studi bisnis dan studi konsumen pada program studi ekonomi rumah tangga (family and consumer research). Hal ini muncul mulai pertengahan abad 20. Pada dekade 1960-an, disiplin ilmu perilaku konsumen muncul sebagai sebuah disiplin ilmu yang berbeda, Tokoh-tokoh yang menjadi pakar dan memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan disiplin ilmu ini adalah George Katona, Robert Ferber, John A Howard.
            George Katona dikenal sebagai bapak ekonomi psikologi. Katona mengkritik teori ekonomi perilaku konsumen, dan mengembangkannya dengan memasukkan elemen-elemen psikologi dalam pengambilan keputusan konsumen. Profesor University of Michigan, Amerika, ini menjadi pionir penelitian mengenai consumer’s confidence, yang disebut Survey of Consumer’s Confidence. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap perekonomian Amerika masa lalu, masa kini, dan masa datang.
            Survei ini juga mengidentifikasikan persepsi dan harapan konsumen terhadap pendekatan mereka. Menurut Katona, perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap perekonomian dan pendapatan mereka. Dari hasil penelitiannya ini juga terungkap bahwa konsumen yang memiliki persepsi yang baik terhadap pendapatannya di masa datang cenderung melakukan pembelian barang-barang tahan lama melalui kredit.
            Robert Fehrer bersama Hugh G. Wales menulis sebuah buku tentang perilaku konsumen, yaitu Motivation and Market Behavior (1958). Tokoh ini merupakan ekonom yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi dan ekonomi dalam mengembangkan teori perilaku konsumen. John A Howard bersama Jagdish N Sheth terkenal dengan pembuatan model pengambilan keputusan konsumen yang dikenal dengan Howard and Sheth Model. Mereka berdua juga membuat buku tentang The Theory of Buyer Behavior.

Perilaku Konsumen Sebagai Kajian Antardisiplin Ilmu
            Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku konsumen sesungguhnya merupakan bagian dari perilaku manusia pada umumnya. Faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi individu dalam kehidupan manusia sehari-hari juga mempengaruhi aktivitas pembelian barang dan jasa. Fakta ini pulalah yang membawa kita pada pemahaman bahwa studi perilaku konsumen merupakan aplikasi dari beberapa disiplin ilmu perilaku (behavioral sciences).
            Adapun disiplin ilmu perilaku yang menjadi akar dari studi perilaku konsumen ini adalah berikut ini.
  1. Psikologi, studi tentang perilaku dan proses mental dari individu.
  2. Sosiologi, studi tentang perilaku kolektif manusia dalam kelompok.
  3. Psikologi sosial, studi tentang bagaimana individu-individu saling mempengaruhi dalam suatu kelompok.
  4. Ekonomi, studi tentang produksi, pertukaran, dan konsumsi produk dan jasa dari manusia.
  5. Antropologi, studi tentang manusia, dalam hubungannya dengan budaya.
Sebagai ilmu sosial, perilaku konsumen menggunakan metode dan prosedur penelitian/studi dari ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, dan antropologi (Mowen dan Minor, 1998).  Umumnya, penelitian perilaku konsumen terkait dengan 3 perspektif penelitian yang mengarahkan proses berfikir dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, yaitu perspektif pengambilan keputusan, perspektif pengalaman, dan perspektif pengaruh yang terkait dengan perilaku.
Perspektif pengambilan keputusan menggambarkan konsumen dalam suatu rangkaian tahap-tahap pada saat melakukan pembelian. Tahap ini diawali dari menyadari adanya masalah yang harus dipecahkan, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi alternatif tersebut, memilih alternatif dan evaluasi setelah pembelian.
Perspektif pengalaman pada pembelian yang dilakukan konsumen menawarkan suatu pemikiran bahwa sebahagian konsumen tidak akan rasional dalam memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk. Konsumen ini lebih menekankan pada sisi kesenangan, fantasi dan emosi-emosi tertentu pada saat memutuskan untuk konsumsi. Misalnya, konsumen yang mencari variasi pada saat mengonsumsi karena bosan dengan produk lama dan menggantinya dengan produk baru.
Perspektif pengaruh terhadap perilaku mengasumsikan bahwa terdapat kekuatan lingkungan yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian tanpa adanya emosi ataupun keyakinan pada suatu produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak akan melakukan pengambilan keputusan yang rasional ataupun mengandalkan perasaan untuk membeli produk atau jasa. Konsumen bertindak untuk membeli lebih sebagai akibat adanya kekuatan lingkungan, seperti diskon, hadiah-hadiah, kondisi fisik penataan produk di toko ataupun tekanan ekonomi.
Sebagai kesimpulan, akan sangat berguna untuk mempelajari perilaku konsumen dari perspektif yang berbeda untuk memahami pengaruh pengambilan keputusan logis/rasional, perasaan dan emosi, serta dorongan lingkungan pada perilaku konsumen.

  1. PERANAN PENELITIAN KONSUMEN
            Memahami konsumen serta proses mereka melakukan pembelian dan konsumsi produk atau jasa akan memberikan sejumlah manfaat, diantaranya adalah mengarahkan para manajer untuk mengambilkan keputusan terkait dengan konsumen, menyediakan penelitian pemasaran yang menghasilkan pengetahuan mengenai konsumen, membantu para penegak hukum dan pemerintah untuk menciptakan aturan terkait dengan pembelian dan penjualan produk, dan mengarahkan konsumen untuk membuat keputusan pembelian dengan lebih baik.
            Pada bagian pendahuluan, telah dibahas bahwa dasar dari penawaran produk dan jasa kepada konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan, dan kepuasan pelanggan, dengan cara yang lebih efektif daripada para pesaingnya. Pemasar yang berhasil adalah pemasar yang tidak pernah mengabaikan pemahaman tentang konsumennya. Pemahaman terhadap konsumen diperoleh dengan melakukan penelitian konsumen.
            Pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari penelitian konsumen, selanjutnya digunakan untuk mengembangkan cara untuk memenuhi/memuaskan kebutuhan mereka dan menciptakan pendekatan yang lebih baik untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka.
            Analisis konsumen merupakan landasan menajemen pemasaran dan akan membantu pemasar dalam melakukan hal-hal berikut.
  1. Rancangan bauran pemasaran, yaitu merancang produk yang akan ditawarkan, menetapkan harga, merancang cara untuk mengomunikasikan produk, serta menentukan cara untuk menyampaikan produk kepada konsumen apakah melalui perantara atau langsung.
  2. Segmentasi pasar, yaitu membagi-bagi konsumen menjadi kelompok-kelompok yang homogen, misalnya menurut jenis kelamin (laki-laki/perempuan)
  3. Penentuan target pasar, yaitu memilih segmen pasar yang dituju, kepada siapa produk akan ditawarkan.
  4. Positioning, yaitu upaya untuk menciptakan citra produk di benak konsumen, misalnya produk yang murah, tahan lama.
  5. Analisis lingkungan pasar, yaitu membantu pemasar untuk melakukan evaluasi terhadap lingkungan luar perusahaan, misal pemasok dan pesaing.
  6. Penelitian pasar, yaitu mengidentifikasi perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap proses bisnis perusahaan.
  7. Pengembangan produk, baru maupun inovasi produk lama, yaitu menciptakan produk baru atau meningkatkan produk lama dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan konsumen.
Penelitian-penelitian perilaku konsumen akan menambah dan meningkatkan pemahaman pemasar terhadap konsumen, diantaranya memahami tentang produk/jasa yang dibeli, mengapa, di mana, kapan, berapasering produk/jasa dibeli, dan siapa yang mempengaruhinya.
Terdapat beberapa cara pandang pemasar (Kotler, 2003) dalam memandang konsumen maupun pesaingnya. Cara pandang ini memiliki perspektif yang berbeda dengan konsep pemasaran. Adapun perbedaan bentuk orientasi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Konsep-konsep yang dianut pemasar dalam menghadapi Konsumen dan Pesaing

No
Nama Konsep
Deskripsi
1.
Konsep Produksi
(Production Concept)
Perusahaan berasumsi konsumen menginginkan barang yang dijual dengan harga yang terjangkau, dengan proses produksi massal yang mampu menekan biaya produksi, tanpa terlalu memperhatikan selera konsumen.
2.
Konsep Produk
(Produc Concept)
Perusahaan memproduksi barang-barang yang inovasi dan berkualitas prima, dengan asumsi bahwa konsumen pasti akan membutuhkan produk tersebut.
3.
Konsep Penjualan (Selling Concept)
Perusahaan berasumsi bahwa konsumen tidak akan tergerak untuk membeli tanpa didorong atau diberi motivasi yang kuat dalam bentuk promosi yang intensif.
4.
Konsep Pemasaran Berbasis Sosial (Societal Marketing Concept)
Perusahaan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keinginan, dan kepuasan pelanggan dengan cara yang lebih efektif dari para pesaing dan disertai perhatian terhadap komunitas dan lingkungan di sekitar perusahaan.
5.
Konsep Pelanggan (Customer Concept)
Konsep yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, tetapi bukan dalam bentuk sesuatu yang dibesar-besarkan/masif, konsep ini sudah memperhatikan penyesuaian terhadap selera individu konsumen.

Selain manfaat bagi pemasaran, pemahaman perilaku konsumen ini juga akan dapat mengarahkan kebijakan publik, yaitu peraturan-peraturan pemerintah yang terkait dengan masyarakat umum sebagai konsumen. Hal ini dapat bermanfaat dalam menyusun suatu hukum dan peraturan yang mempengaruhi konsumen di pasar tempat terjadinya pertukaran antara perusahaan sebagai sistem bisnis dengan konsumen. Misalnya, rancangan Undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang bertujuan untuk melindungi konsumen dari pembelian produk-produk yang akan berdampak buruk pada sebagai masyarakat, sebagai akibat dari unsur emosional yang muncul dari perilaku pembelian. Contoh lainnya adalah adanya peraturan untuk mencantumkan kalimat “merokok dapat menyebabkan gangguan jantung dan kehamilan” merupakan upaya pemerintah untuk melindungi konsumen dengan keharusan pengusaha untuk mencanmtumkan resiko/bahaya yang diakibatkan oleh konsumsi rokok tersebut. Konsumen juga sering memperlihatkan perilaku konsumsi yang salah, yaitu salah menggunakan produk yang dapat membahayakan jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga diperlukan suatu kebijakan publik yang dapat mencegah konsumen dari perilaku konsumsi yang dapat merugikan mereka sendiri.
Mowen dan Minor (1999) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa alasan dilakukannya studi perilaku konsumen, yaitu berikut ini.
1.      Analisis konsumen yang menjadi dasar pemasaran, yang mengarahkan para ahli pemasaran untuk hal-hal berikut ini.
a.       Desain bauran pemasaran, yaitu produk, harga, promosi, dan tempat.
b.      Penggolongan/segmentasi pasar.
c.       Posisi dan ciri khas (diferensiasi) produk yang membedakannya dari produk sejenis lainnya.
d.      Melakukan analisis lingkungan
e.       Mengembangkan studi pasar.
2.      Perilaku konsumen akan berperan penting dalam mengembangkan kebijakan publik.
3.      Studi perilaku konsumen akan membuat seseorang menjadi konsumen yang baik.
4.      Analisis konsumen menyediakan pengetahuan mengenai perilaku manusia secara keseluruhan.
5.      Studi perilaku konsumen menyediakan 3 tipe informasi, yaitu berikut ini
a.       Orientasi konsumen
b.      Fakta mengenai perilaku manusia
c.       Teori yang mengarahkan proses berfikir.